Rabu, Desember 24, 2008

Saya Penjaja Kue Semprong bukan Pengemis

Friends ada tulisan lama yang sangat menarik dan menyentuh dari teman kami Linda Df. Silahkan disimak :

============================

Semalam saya keluar dari Ranch Market jam 8.30. Hujan deras. Petugas Ranch Market setengah berlari mendorong trolly berisi barang-barang belanjaan saya. Saya juga berlari-lari kecil menjajari langkahnya menuju mobil. Saya membukakan bagasi dan petugas memindahkan barang-barang belanjaan saya.

Seorang penjaja kue semprong mendekati kami. Memang setahu saya banyak penjaja kue semprong disana menjajakan barang dagangannya dengan sedikit memaksa. Karena terlalu biasa saya tidak mengacuhkannya, apalagi di hujan deras seperti ini.

Setelah memberikan tip saya masuk mobil, namun masih saya dengar ucapan penjaja kue semprong tersebut,

‘ Bu, beli kue semprongnya untuk ongkos pulang ke Tangerang”.

Didalam mobil saya berpikir saya kasih uang saja karena penganan yang saya beli di supermarket sudah cukup banyak, bagaimana jika tidak ada yang menghabisnya. Nanti jatuhnya mubazir. Saya memang lebih suka dengan para penjaja kue seperti ini ketimbang pengemis.

Pelajaran berharga yang pernah saya dapat dari mantan bos saya sembilan tahun lalu.

Masih teringat ucapannya ketika itu kami berdiskusi di kantor.

“Coba kalau ada penjaja makanan atau barang dan pengemis dilampu merah mana yang kamu berikan uang?" tanyanya.

Belum sampai kami menjawab, ia berkata lagi “pasti yang kamu berikan uang si pengemis itu dan penjaja makanan atau barang itu kamu acuhkan”.

Secara serempak kami mengiyakan.

“coba pikirkan lagi, penjaja makanan ataupun barang punya harga diri, dan pastinya secara pribadi lebih baik dari si pengemis, lalu kenapa kita tidak membeli barang dagangan si penjaja makanan atau barang tersebut?"

Teman saya nyeletuk,”karena kita ngga butuh”.

Mantan bos saya bergumam, “Ya betul karena kita tidak butuh”.

Obrolan itu begitu singkat, tapi begitu mengena di hati saya. Pak Teddy Sutiman membuka mata hati saya untuk lebih bijaksana dalam melihat suatu persoalan, bukan hanya berpikir praktis saja. Dan sejak itu saya lebih memberi perhatian kepada para penjaja makanan atau barang di jalanan dibandingkan para pengemis.

Penjaja jual kue semprong itu masih dengan setia menanti disisi mobil saya. Saya menghela nafas. Bukan karena tidak rela berbagi rejeki tapi karena menyesali banyak sekali penganan yang sudah saya beli tadi.

Akhirnya saya membuka kaca,

“Pak, saya tidak mau beli kue semprongnya, tapi kalau bapak saya beri uang mau tidak?”.

Tidak dinyana penjaja kue semprong itu menggelengkan kepalanya dan pergi dengan cepatnya dari sisi mobil saya.

Saya tersentak dan menutup kaca jendela, hujan mengguyur deras dan membanjiri sisi kaca dalam mobil saya karena berbicara dengan si penjaja kue semprong.

Beberapa detik saya kehilangan daya ingat saya, karena tidak menyangka ucapan yang keluar dari penjaja kue semprong tadi.

Sembilan tahun saya telah lebih memberi perhatian kepada para penjaja makanan ataupun barang dibanding pengemis. Sesekali jika saya tidak butuh barang mereka, selalu saya ucapkan kalimat tadi, dan hampir semuanya tidak pernah menolak pemberian saya. Baru kali ini ada yang menolaknya. Baru kali ini …..

Hujan mengguyur makin deras dan saya masih terpaku di mobil, terbayang ucapannya “ untuk ongkos pulang ke Tangerang..” sementara total nilai belanjaan saya tadi mungkin bisa untuk ongkos pulang Bapak penjaja kue semprong selama tiga bulan.

Tersentak saya mencari-cari bayangan penjaja kue semprong ditengah kabut dari derasnya hujan, terlihat pikulannya ada di pinggir teras sebuah toko tutup. Penjajanya duduk dibawah dengan muka pasrah.

Saya mundurkan mobil menuju kearahnya.

Kembali saya buka kaca jendela sebelah kiri ditengah guyuran hujan dan menjerit,

"Pak, memang harganya berapa ?”.

Ia menyebutkan sejumlah harga yang sangat murah.

Akhirnya saya katakan,” ya sudah deh beli satu”.

Dia mebawa kue semprong pesanan saya didalam plastik.

Sampai di mobil, saya serahkan uang, dan dia bengong karena saya tidak menyerahkan uang pas.

Saya tau dia pasti bingung memikirkan kembaliannya, tapi dengan cepat saya katakan, “kembaliannya ambil buat Bapak saja”.

Dia bengong. “ambil saja Pak, ini rejeki Bapak, memang hak Bapak”.

Dia meneguk ludah, sebelum sempat dia mengucapkan apa-apa saya langsung menutup kaca mobil dan pergi.

Tiba-tiba air mata ini mengalir deras melebihi derasnya hujan diluar sana. Kalau Bapak itu tidak menerimanya, saya tidak tahu seberapa sakitnya hati saya, karena didalam rejeki saya ada hak mereka termasuk hak Bapak penjaja kue semprong itu.

Tiap bulan memang selalu saya sisihkan buat mereka, tapi mengetahui bahwa saya telah memberikan betul- betul kepada orang yang berhak menerimanya, betul betul kepada orang yang berhati mulia, dan betul- betul kepada orang yang membutuhkannya, betul- betul membuat saya merasa hidup saya begitu bermakna dan saya sangat bersyukur atas rahmat-Nya.

Ditengah leher saya yang sakit sekali karena tercekat, saya berdoa kepada Allah agar Bapak penjaja kue semprong tersebut dan keluarganya diberikan rahmat, kemurahan rezeki dan kemudahan hidup oleh Allah.

Dan saya bersyukur atas segala rahmat dan kemudahan hidup yang diberikan Allah kepada saya dan keluarga saya.Hujan masih deras mengguyur kaca mobil.

Mudah-mudahan hujan cepat reda supaya bapak penjaja kue semprong tadi bisa pulang tanpa kehujanan. (ldf) 30/7/06

Rabu, November 12, 2008

Kalau Betawi Ngantenin



He..he.he.. lucu juga bahasanya...menggantikan Sugeng Rawuhnya wong Jawa
"Ente Dateng Ane Girang" wakakak......



Nah, kalau yang ini, mengingatkan tamu, kalau Malu, ntar laper lho....
Malo' = Malu









Jumat, Oktober 31, 2008

Mogok Sekolah

Beberapa minggu terakhir ini kami dipusingkan oleh ulah si kecil yang mogok sekolah...

Wah kami ampe pusing 7 keliling membujuknya.... hadiah ditawarkan..TIDAK MAU...diajak pergi jalan-jalan..TIDAK MAU...
Pokoknya..apa-apa dia MAU...asal jangan suruh ke sekolah!

Begini nih ceritanya....

Liburan cuti bersama yang cukup panjang itu ternyata berdampak secara psikologis terhadap Fira...
Kedekatan kami berempat (Ayah-Bunda-Fara-Fira) begitu kental dalam benaknya...
Memang jelas sekali kebahagian yang terpancar diwajahnya... tiada hari tanpa ayah dan bunda..."Horeeee! " teriaknya sambil mengangkat kedua tangannya....

Di hari-hari terakhir sebelum masuk sekolah, ayahnya sempat berkata dan kuatir, "anak-anak mungkin akan segan kembali ke sekolah... "

Benar saja, di sekolah setiap hari dede Fira hanya mau belajar sama kakaknya di kelas sang kakak....

Awal-awal bu gurunya Fara masih mengijinkan... tetapi setelah beberapa kali, Fira mulai ditahan untuk tidak ke kelas kakaknya....
Apa yang terjadi? Dia nangiiis sampai muntah....!

Nah..mulai deh babak mogok sekolahnya...

Setiap ditanya untuk ke sekolah, jawabnya selalu "takut muntah"..(hm....kadang-kadang aku berpikir,... jangan-jangan ini anak kayaknya sengaja membuat muntahnya sebagai tameng biar tidak sekolah)...
Tapi ternyata aku salah...dia emang benar-benar mogok sekolah.

Rabu dede tidak sekolah

Jum'at juga belum mau sekolah.

Senin,
dicoba paksa ke sekolah, dede malah nangis, ngambek dan muntah lagi...nggak mau sekolah.

Tapi ajaib, setelah dibujuk oleh uwaknya... dia mau juga berangkat sekolah.. Alhamdulillah..

Ternyata uwaknya mengiming2i kalau nanti ayah dan bunda beli kue kalau dede ke sekolah...

But Frens, tapi ternyata masalah belum selesai...
Di sekolah dia betah banget ngendon di kelas kakaknya, sampai guru kak Fara akhirnya mulai terganggu...

Nah begitu pula hari Rabu berikutnya.... (Duuh...aku mulai bingung juga ngadapinnya ya)...

Tadi malam sebelum jumat besok sekolah, aku coba bicara dan bujuk dede untuk belajar di kelasnya bersama teman-temannya...
Hasil bincangku berakhir gagal total... yang terjadi dede nangis tersedu sedan sambil berusaha nempel ke aku.

Dengan sedikit sedih kusuruh dede ke kamar sendiri..supaya dia mengerti bahwa besok harus belajar di kelasnya! Hm...sedih juga sih ngelihatnya tersedu sedan di tempat tidur sambil memeluk guling....

Yah...tapi bukan Fira namanya kalau tidak langsung ceria!

Sepulang Ayahnya dari sholat Isya di Mesjid, dia mulai nempel kembali ke kami di meja makan...

Nah ini dia saatnya kupikir untuk berbicara dan membujuk lagi Fira dengan nada riang.

Aku bilang : "Siapa yang mau balon Barbie????"

Fira sambil mengangkat telunjuk : "Akuuuuuu!!"

Bunda : "OK, tapi besok dapatnya setelah dede belajar di kelas dede ya?"

Fira : "Iyaaaaa....ama kakak!"

Bunda & Ayah : Bengong...

Ayah : "Iya tapi setelah belajar ama teman-teman dede ya"

Fira : Diam dan nunduk

Bunda : "Siapa yang mau balon???"

Fira : "Akuuuu"

Bunda : "Belajar di kelas dede sendiri ya.."

Fira : "Iya...." (tapi tidak semangat)

Bunda : "Teman dede siapa aza sih...?"

Fira : "Sophi, Zamzam, Mirdan, Aulia...." (dengan semangat)
=======
Hm.... sepertinya ok-ok saja ya....

Nah keesokan harinya, sesuai pesan gurunya, aku sudah titipkan sticker Ben Ten kesukaan dede...
Ini katanya buat hadiah surprise pemicu dede biar mau belajar di kelas...

====

Jam 2 siang, ketika aku telpon ke rumah...Dede dengan bangganya bercerita kalau dia sekarang tidak ke kelas kakak dan tidak nangis!... Alhamdulillah...

Dia juga bercerita senang sekali dapat hadiah sticker Ben Ten dari bu Guru..... :)

Dan tambah senang lagi ketika aku katakan kalau nanti sore Dede mendapatkan hadiah balon...

"Asyiiik, balon barbie ya Bunda..."

"Iya..."

"Dua ya buat Sofi...."...

Hm..rupanya dia sudah ingat dan kangen bermain kembali bersama teman-temannya....

Kamis, Agustus 07, 2008

Kecil tapi Besar

Pagi sekali sebelum sampai ke kantor kami mampir ke Rumah Makan Betawi terkenal di Gondangdia untuk membeli sarapan pagi bekal ke kantor. Makanannya enak deh...ada nasi uduk dan lontong sayur yang betawi abis...

Sesampainya di sana,aku pesan 1 bungkus ketupat sayur untuk bekalku.

Selang beberapa menit kemudian, suamipun tergoda untuk membeli...1 bungkus lagi untuk dirinya. Eh, tidak beberapa lama kemudian, suami tergoda lagi untuk membeli 1 bungkus lagi untuk teman akrabnya...

Namun sebelum bungkusan ke tiga dibuat, tiba-tiba aku mencium bau asem (maaf seperti bau sampah) yang agak menyengat...

"Yah cium bau nggak?" tanyaku

Suamipun menjawab "Ah dari situ kali", sambil menoleh dan menunjuk ke sisi kanannya...

Tapi perasaanku tidak enak, sepertinya tidak ada sampah di situ...Aku semakin penasaran darimana asal bau tidak sedap tersebut? Hm...., jangan-jangan dari santan ketupat sayur tersebut...gelitik pikiranku...

Kuberanikan diri meminta ijin kepada penjualnya untuk mencobanya dahulu..

Kubilang padanya, "Mas coba dulu yah... takut basi nih, ini kan masih panas, nanti kalau ditutup sampai di kantor takutnya basi"..

Dengan sendok yang tersedia, kucoba sedikit sayur tersebut...

Astaghfirullah.. segera kulepeh kuah tupat sayur tersebut ke tempat cucian piring dan berkata kepada Mas penjual.. "Mas, maaf, tolong coba deh, kayaknya asem"

Si mas-pun mencobanya sedikit dan sedikit terhentak, tapi ia hanya berkata, "Oh maaf Bu, mungkin karena hari ini kami pake udang, biasanya kami tidak pakai Bu."

Dengan menyesal kami batalkan saja 2 bungkus ketupat sayur tersebut dan kuputuskan menggantinya saja dengan sebungkus nasi uduk lengkap dengan semur telur, tahu dan oreg tempe serta bihun gorengnya.. Ahh.. nggak papa deh tidak makan ketupat sayur, nasi uduknya kan maknyus punya lho, begitu pikirku...

Setelah selesai membayarnya, kami bergegas ke motor dan menaruh bungkus plastik hitam nasi uduk tersebut di stang motor..

Namun, setibanya di kantor, kami kaget setengah mati.... ternyata kantong tersebut kosong!.. yang tersisa hanya lobang besar di dasar kantong plastik hitam...

Aduh... sekali lagi ini bukan rezeki kami!.. Astaghfirullah al'adzim.. apa dosa kami sehingga kehilangan dua kali kesempatan makan enak?

Suamipun hanya berkata enteng "kurang sedekah kali kita".

===

Malam harinya suami bercerita...

"Bunda...mungkin ini dosa kita tidak jadi memberi makanan ke Enya (Ibu Suami)..."

===

Memang...sekarang Enya tidak segesit dulu lagi...penyakit radang tulang dengkulnya sudah parah... untuk berjalanpun beliau harus menahan sakit...

Selain itu anak-anak telah menikah dan satu-persatu meninggalkan rumah Enya...

Enya sekarang tinggal sendiri tanpa pembantu. Namun alhamdulillah masih didampingi satu keluarga anaknya yang tinggal di rumah pavilliun di sebelah...

===

Friends, hari itu sebelum kejadian di atas, kami memang berniat memberi Enya makan/bekal untuk makan pagi/siangnya.
Namun timbul sedikit perbedaan pendapat di antara kami...
Suami agak keberatan memberikannya karena makanan yang akan kami berikan hanya cukup untuk Enya, Suami kuatir hal ini dapat menyinggung perasaan adik yang tinggal di sebelah yang saat ini merawat dan menjaga Enya...

Akhirnya, setelah dipertimbangkan, kami urungkan niat berbagi makanan tersebut untuk Enya.......

===

Malam itu... kami hanya dapat mencoba me-reka-reka penyebab 'kesialan' yang kami hadapi di pagi hari tadi...Suami berkata mungkin ini akibat kesalahannya yang tidak mengijinkan istrinya berbagi sedikit makanan ke Enya...

Makanan tersebut memang "kecil" (sedikit) tapi mungkin nilainya sangat "besar" buat Enya, Wallahu'alam

Rabu, Juni 18, 2008

Mereka Terpaksa Mengemis

"Barangsiapa memberi krn Allah, menolak karena Allah, mencintai krn Allah, membenci krn Allah, dan menikah krn Allah, maka sempurnalah imannya." HR Abu Dawud

Seorang sahabat bertanya kpd Rasulullah SAW,
" Sodaqoh yg bagaimana yg paling besar pahalanya?"
Nabi SAW menjawab,
" Saat kamu bersodaqoh hendaklah kamu sehat dan dalam kondisi pelit (mengekang) dan saat kamu takut melarat tetapi mengharap kaya. Jangan ditunda sehingga rohmu di tenggorokan baru kamu berkata utk fulan sekian dan utk fulan sekian." HR Al-Bukhari

Demikian sebagian hadits yang menjadi pembuka apa yang akan kami ceritakan di blog ini.
====

Beberapa waktu lalu.... biasanya malam hari di depan jendela Dunkin Donuts di Hero Mampang, duduk seorang Ibu dengan anaknya... dia menjual Rempeyek...
Harganya tidak mahal buat orang-orang yang belanja di situ... hanya 4000/bungkus...

Sayangnya, tidak banyak orang yang rela mampir dan membeli rempeyeknya...
Kerap kulihat dia hanya melamun, entah apa yang dilamunkannya....
Berapalah keuntungan yang didapatnya dari sebungkus rempeyek... Rp.2000? Rp.1000? atau malah hanya Rp.500?

Kini, setelah harga-harga melonjak naik...sang Ibu tidak lagi datang bersama bungkusan rempeyek dan anaknya...
Dia telah berubah menjadi seorang pengemis...
Dia terduduk merunduk di tangga di depan pintu masuk Giant (d/h Hero)...
Yah... waktu telah merubah cara berpikirnya.... dia tidak dapat berusaha lagi menjadi orang dengan tangan di atas... tapi dia telah berubah menjadi orang dengan tangan di bawah...

Mungkin sebagian orang akan mencibirnya....
Usia masih 35-45 tahunan, sehat.... tapi kenapa mau ya jadi pengemis????
Namun bagi orang yang mengenal dan mengetahuinya.... miris hati ini melihatnya.....
Mungkin dia-pun tidak ingin menjadi pengemis...
Tapi itulah 'pilihan' terakhir yang harus dilakukannya demi anak-anaknya di rumah....
Dia tidak sanggup lagi beli minyak/gas yang naik harganya... begitu pula kebutuhan pokok lainnya....
Lebih baik mengemis daripada anak-anak tidak makan....mungkin begitu pikirnya.

====

Friends, ada lagi satu pengalaman dengan pengemis yang saya temui..

Setiap sore sepulang kantor, di pinggir sungai dekat lampu merah Toyota-Sunter, berdiri seorang ibu rapih dengan rambut tersisir kebelakang dan anaknya yang cacat mental berumur +/- 6 tahun.
Setiap ada yang memberi sedekah, sang anak dengan bimbingan sang ibu akan tersenyum dan mengucapkan "terima kasih" dengan susah payah....
Dan mereka pun akan tersenyum manis dan bahagia, setiap orang yang bersedekah, membalas senyum mereka...Duh, jarang melihat senyum ikhlas pengemis di jaman yang semakin menggila ini….

Medio Feb-Mar 2008, ketika Ibunda saya terbaring di ICU, saya kerap meminta mereka mendoakan Ibu saya sembari memberikan sedikit sedekah....
Saya teringat makbulnya doa-doa orang seperti mereka....
Setiap saya utarakan hal tersebut, sang Ibu akan berucap..."Allah Maha Tahu Bu...." Amiin

Waktu terus berlalu, dan rutinitas itupun seperti saat yang ditunggu-tunggu, baik olehku maupun oleh Ibu dan anak tsb....
Mereka akan berlari-lari kecil ketika mobil kami mendekat, dan terjadilah interaksi yang ‘indah’ di antara kita…

Tak terasa, Mama-pun dipanggil oleh Yang Maha Kuasa....
Dan kusampaikan berita tersebut ke Ibu Pengemis di suatu sore....

Ternyata, ucapannya membuatku makin miris "Iya...Bu, suami saya pun dipanggil Allah Agustus tahun lalu"...
Astaghfirullah al'adziim.... Terbayang di wajah saya.... bagaimana sulitnya beliau membesarkan anaknya yang cacat mental setelah ditinggal suami...
Mungkin ia ingin bekerja, tapi dia tidak bisa meninggalkan anaknya....
Berapa banyak orang yang mengetahui hal tersebut?
Berapa banyak orang yang 'ridho' memberinya sedekah melihat penampilannya yang tidak kumal?

"Orang yg mengusahakan bantuan (pertolongan) bagi janda dan orang miskin ibarat berjihad di jalan Allah dan ibarat orang shalat malam. Ia tdk merasa lelah dan ia juga ibarat orang berpuasa yg tdk berbuka". HR Al Bukhari

Ternyata kita hanya mampu berpendapat, tanpa mengetahui kehidupan mereka sebenarnya....

Kini semuanya kembali kepada diri kita masing-masing.....
Janganlah berprasangka buruk kepada pengemis-pengemis itu.... kita tidak tahu apa yang mereka hadapi....

Daripada mencibir dan menimbulkan dosa, lebih baik diam...
Atau berikanlah sedekah dan doa agar hidup mereka berkah dan dimudahkan.
Insya Allah, pahala akan kita raih....

"Barangsiapa ingin doanya terkabul dan dibebaskan dari kesulitannya hendaklah dia mengatasi (menyelesaikan) kesulitan orang lain" HR Ahmad

Memang banyak orang yang pura-pura jadi pengemis...
Namun bisakah kita membedakannya mana yang benar dan mana yang bukan?
Jangan-jangan dengan berprasangka buruk dan menghindar mensedekahkan harta, kita telah melewatkan rahmah dari Allah melalui pengemis tersebut.....

Allah Tabaraka wata'ala berfirman (hadist Qudsi): "Hai anak Adam infaklah (nafkahkanlah hartamu), niscaya Aku akan memberikan nafkah kepadamu." HR Muslim

Insya Allah

Rabu, Juni 11, 2008

Kisah 3 Buah HP

Sabtu tanggal 7 Juni 2008, keponakan kami, David merayakan Ultahnya yang ke-9.

Wah Fara dan Fira senang sekali.. diajak main Bowling....di EX.

Ini kali pertama mereka main bowling... jadi sepertinya mereka lupa waktu...

Selesai bermain kita makan siang (sebenarnya sih bukan makan siang tapi makan sore) karena udah ampir jam 3.

Kami semua membawa hadiah buat David. Dan ternyata, selain memberi hadiah ke David, kembaranku juga membeli hadiah buat Fara dan Fira, yaitu telpon mainan yang jumlahnya 3 (tiga) buah...

Kenapa tiga buah?

Karena satu set emang ada 3..he..he..he..

Nah berhubung kelebihan satu buah, saudara kembar saya bilang ke Fara, "Nanti yang satunya dikasih ke Farsya ya..." (sepupu Fara yang seumuran dia).

Selama acara dan jalan-jalan mereka senang sekali main game di HP-HP an itu. Bahkan dalam hitungan menit, Fara udah jago... tidak ada yang bisa ngalahin dia...Sampai sepupunya David yang udah 9 tahun bilang, "Aku juga kalau masih kecil (seperti Fara) pasti menang!"... he..he.he.. syirik kali ye...














Fara-Fira asyik main game di HP mainan di musholla Plaza Indonesia.

Sore hari Farsya mampir sebentar ke rumah bersama Abi dan Ummanya. Langsung saja saya suruh Fara memberi HP itu ke Farsya...

Tapi ternyata Fara tidak mau, ketika HP saya berikan ke Farsya, dia mulai marah dan menangis.

Saya tanya dan berikan HP hijau Farsya ke Fara, "Kakak mau tukar HP-nya dengan yang warna Hijau ini?"

Dia jawab, "Nggaaaaaaak!!!!!" (duh kenceng banget!)

Dengan sangat terpaksa, saya ambil HP hijau tersebut dari tangan Fara untuk saya kembalikan ke Farsya...

Tidak dinyana... Fara mulai menjerit... dan Abi dan Umma Farsya mulai tidak enak, mereka menyuruh Farsya segera mengembalikan HP tersebut.

Tapi saya kekeh ke Abi dan Umma kalau HP tersebut tetap harus dikasih ke Farsya. Saya bilang Fara harus belajar "Menjalankan Amanah".

Saya bilang pada Fara, "Ini kan pesan dari Auntie Rini, HP ini untuk Farsya, kita harus ngasih ke Farsya.."

Fara malah tambah menjerit dan menangis...(Wah... malu deh ama tetangga, mana nangisnya di teras lagi)

Sayapun memantapkan hati, ini saatnya Fara belajar. Saya harus TEGA. Fara harus mengambil pelajaran hidup...

Saya abaikan saja dia menangis sampai puas...

=====

Keesokan harinya, ketika Fara mulai tenang dan ceria, saya ajak ngobrol santai.

"Kakak kok tidak mau kasih HPnya ke Farsya, sih? Itu kan sudah pesan Auntie Rini"

"Kalau kita dikasih amanah atau pesan oleh orang lain, kita harus melaksanakannya Kak...

Walaupun kakak suka, tetap harus kita kasih ke Farsya, ntar hidup nggak berkah lho Kak...karena kita tidak amanah"

Fara-pun menjawab :

"Tapi kakak pengen kasih HP-nya ke Najwa"

Saya bilang, "Lho, kan Auntie bilangnya, HP itu buat Farsya"

Fara pun menambahkan "Kemarin kakak udah bilang ke Auntie, tapi Auntie tidak dengar"

Ooh, gitu.. lain kali kalau Auntie tidak dengar, kakak harus ngomong lebih keras lagi yah!"

"Kalau gini kan, kakak yang rugi..."

"Iya...bunda...."

"Kemarin kakak juga gitu Bunda. Di sekolah, Kakak bilang ama bu Guru, kakak mau pipis, tapi Bu Guru nggak dengar, Bu Guru malah bilang, ayo cepat.. cepat... kakak harus latihan nari!... Eh... kakak jadinya ngompol BUnda!!!"

Hahhh???

"Iya..iya.. makanya lain kali kalau kita ngomong tidak kedengaran, kita harus ngomong lebih keras yah... biar mereka dengar"
"Iya bunda..."

=====

Alhamdulillah, tidak terasa sudah 2 pelajaran telah dipelajari oleh Kakak, bahwa amanah orang itu harus dijalankan, walaupun pahit. dan pelajaran kedua, bahwa ketika berkomunikasi, kakak harus yakin orang yang diajak ngomong tersebut dapat mendengar dan mengerti maksud kita.

Semoga kakak jadi anak yang amanah...Amin..

Kamis, Juni 05, 2008

My Birthday...


Kemarin pas ultah ke 38, aku iseng-iseng browsing ke salah satu milis-ku... dan aku menemukan cerita yang sangat menarik, yang punya hikmah didalamnya..

Berikut petikan dari emailku ke milis tersebut, yang aku kirimkan 2 tahun lalu, ketika mama dalam kondisi sakit-sakitan :

===

HAPPY BIRTHDAY TO ME

Dear Moms, Aku mau share sedikit tentang ulang tahunku yang ke 36 yang begitu spesial aku rasakan......

Hari itu tanggal 2 Juni 2006 jam 10:15, aku bergegas pulang ke rumah dari kantor, Mama ku agak gawat, setelah 2 X masuk ke rumah sakit, kondisinyasepertinya tambah mengkhawatirkan.

Sore harinya, kami larikan beliau ke UGD RS langganan kami....

Aah......... semuanya terasa menyedihkan.... Mama mulai meracau, meminta kami berkumpul dan mengatakan akan memberikan pesan-pesan terakhir......

Semakin waktu menjelang malam, kondisi mama semakin tidak menentu.....

Dokter memutuskan mengirim beliau ke ICU di RSPAD......

Waktu itu jam telah menunjukkan pukul 00:00 malam tepat tgl 3 Juni 2006.
Saya dan suami menemani mama di Ambulance ke Rumah Sakit, sementara kembaran saya mengendarai mobil di depan.

Tepat jam 00:15 saat 36 tahun kemaren saya di lahirkan, saya hanya dapat memandangi ibunda tercinta..... terlupakanlah kata-kata yang biasa saya ucapkan ketika ulang tahun.....

"Ma.... terima kasih ya, mama telah membimbing saya selama ini.........."

Pukul 00:45 ketika kembaran saya nongol di muka bumi ini, kamipun masih belum terpikir untuk saling mengucapkan ulang tahun..........

Aaahh.... semuanya begitu cepat.... Dan kami akhirnya tersadar ketika menjelang pukul 3 pagi.... Kembaran saya memeluk saya dan kami hanya berucap "selamat ulang tahun" dengan hambar......

Ternyata, di saat itulah kita baru merasakan, betapa arti ulang tahun itu tidak ada artinya tanpa kehadiran BUNDA tercinta........

Dari beliaulah kita terlahir...... tanpa bimbingannya, tentu kita belum tentu tumbuh dewasa seperti saat ini.....

Moms, saya hanya ingin mengajak..... ketika kita berulang tahun.... Datangilah orang tua kita (apabila masih ada) dan katakanlah "Maaf..........dan terima kasih, bahwa kita masih dapat merasakan ulang tahun kita tahun ini..............."

Jangan tunggu ucapan terima kasih dari beliau, karena sesungguhnya pengorbanan beliau adalah Hadiah TERINDAH buat kita......Amin.........

Salam YUNO

PS. tanggal 13 Juni 2006 kemaren beliau ulang tahun ke 66, dan SUBHANALLAH beliau telah lepas dari seluruh selang-selang di tubuhnya. Dan tanggal 16 (ultah kakak saya) beliau melepaskan selang terakhirnya (mulai sembuh).........
Alhamdulillah.....Kado terindah untuk beliau dari Allah SWT........

Rabu, April 16, 2008

Akhir dari sakit Mama (Hikmah di balik sakitnya Mama-4)

Sudah lebih dari dua minggu mama koma di ICU, dan seperti biasa, kami tancap gas dari kantor di Sunter jam 5 sore untuk mengejar jam besuk mama di ICU yang hanya diberikan selama 1 jam saja (jam 5 sore sampai jam 6 sore).

Biasanya kami sampai di RS sekitar jam 6 kurang atau bahkan jam 6 lewat. Senin tanggal 31 Maret 2008 kami bahkan sampai di RS jam 6.15. Untung perawat di ICU masih memberi kami kesempatan membacakan doa untuk Mama.
===
Hari ini tanggal 1 April 2008, aktivitas berjalan tidak seperti biasanya.
Entah mengapa saya sepertinya terdesak untuk segera closing bulanan. Padahal laporan konsolidasi bank asli belum kami terima. Dan di saat sedang sibuk tersebut, sayapun tergoda untuk ikut bersama teman-teman ke Gramedia dan Gunung Agung. Entah mengapa... padahal kan laporan bulanan harus segera saya selesaikan.

Di toko bukupun, mata ini hanya tertarik pada buku yang membahas mengenai sakaratul maut. Entah mengapa (lagi) saya begitu yakin kalau Mama sedang dalam masa sakaratul maut.
Sayalah yang menemani beliau di malam terakhir beliau tersadar.
Jam 1 malam beliau ‘marah’ minta pulang ke rumah. Mama bahkan menyuruh Tina (pembantu yang begitu setia merawat mama) untuk mengambil uang di dompetnya untuk naik taxi malam-malam. Mama kemudian minta pintu dibuka, minta digendong dan minta Mandi....! Kata-kata ‘mandi’ benar-benar kata yang sangat menakutkan bagiku. Aku teringat cerita orang-orang yang sakaratul maut, yang rata-rata minta dimandikan sebelum meninggal... Ah...Cepat-cepat kubuang pikiran tersebut....

Akhirnya, aku putuskan membeli buku Yasiin Fadhilah setebal 46 halaman setelah sekian lama tidak ketemu juga buku yang khusus membahas sakaratul Maut.

Kembali ke kantor, kukejar kembali pekerjaan yang tertinggal. Cepat-cepat kuserahkan hitungan-hitungan yang dibutuhkan bagian akunting untuk closing, agar seandainya terjadi apa-apa mereka segera dapat menyelesaikan pekerjaannya. Ya... aku tidak tau mengapa rasanya ‘ajal’ semakin mendekati mama...

===

Tepat jam 5 sore aku telah sampai di kantor suami, kamipun segera menuju RS. Keanehan terjadi lagi, jalanan begitu lapang sekali, bahkan jam ½ 6 kami telah sampai ruang ICU.

Segera saja suamiku membacakan yaasiin fadhilah dan akupun membacakan surat yaasiin. Pembacaan surat yaasiin kali ini begitu menegangkan. 2 X mesin tensimeter berubah mencari tekanan terbaru. Bahkan turunnya pu n sangat drastis. Dari 74/38 menjadi tinggal 61/35...

Mata kami terus melihat ke mesin tensimeter dan jantung. Rasanya berat sekali keluar, kami tergoda untuk menunggu angka tensi terbaru... akankah angkat tersebut terus menurun?

Tapi rupanya mesin itu tidak berubah lagi. Segera saja kudekatkan wajah ini ke telinga mama, kukatakan kata-kata yang begitu berat rasanya, yang begitu mencekat di tenggorokan ini;

“Ma... kami sudah ikhlas. Mama kan katanya mau pulang, mau melihat rumah baru? ‘Pulang’ saja Ma, rumahnya sudah siap kok... pasti mama senang.

Mama kan juga kangen sama (Alm) Bapak. Insya Allah mama bisa ketemu Bapak dan Bapak akan senang bertemu Mama.

Mama katanya juga pengen ketemu Rasul kan Ma.... dan ketemu Allah. Allah sayang lho sama Mama. Mama pasti senang bertemu dengan Allah...”

Tanpa terasa air mata ini terus mengalir dan tenggorokan ini semakin tercekat...semakin sulit mengeluarkan kata-kata perpisahan yang 'indah' tersebut. Mama akan segera bertemu Rasul dan Allah... Bukankah itu tujuan akhir hidup kita?

Sebelum keluar, ku sempatkan membacakan kalimat istighfar dan syahadat di telinga mama...
Insya Allah mama mendengarnya walaupun dia tertidur dalam koma....

===

Kamipun berkumpul kembali di kamar 308 tempat kami menginap. Kami putuskan tidak akan ada yang pulang malam ini.
Kakak sudah ada, adik sedang bersiap dari kantornya di Juanda sementara kembaranku sedang interview.

Pukul 7:30 kembaranku tiba di parkiran RS. Dan selang 5 menit kemudian telpon kamar berdering. Rupanya panggilan dari kamar ICU. Kamipun berlari kencang menuju lantai 4... masuk ke ruang ICU...

Kulihat pemandangan yang tidak ingin ‘kulihat’... dokter dan perawat sedang berjuang memompa jantung mama. Kami tau saat-saat terakhir mama telah tiba.

Allah telah mengabulkan doa kami, kami berdoa agar di saat terakhirnya Mama didampingi dengan orang-orang yang mencintainya. Alhamdulillah kembaranku dapat segera berkumpul bersama kami, dan mendoakan mama di saat-saat terakhirnya.

Dengan tenang suamiku terus mentalkinkan mama sementara kami membaca doa sakaratul maut.

Kemudian dengan sedikit hentakan kepala ke atas, mama menghembuskan napas terakhirnya... Inna lillahi wa inna ilaihi ro’jiuun. Ya... tepat pukul 7.41 Mama wafat.


WAJAH ITU BEGITU TENANG :

Jam 11 malam jenazah tiba di rumah duka.

Suamiku pun berkata, bukalah kain penutup wajah jenazah mama.

Akupun memberanikan diri mendekat dan dengan mengucap Basmallah kubuka pelan-pelan kain penutup wajah jenazah tersebut.


Subhanallah Alhamdulillah Allahu Akbar... wajah itu.... begitu bening, tenang dan cantik. Mama terlihat putih dan alisnya tergaris teratur sekali... Beliau bagaikan sedang tertidur nyenyak... Dan wajahnya seperti fotonya ketika gadis...

Banyak rekan-rekan dan saudara mama mengatakan hal yang sama, mama 'cantik' dan bersih.

Begitupun ketika memandikan jenazah. Tidak kutemukan tanda-tanda lebam bekas luka di perutnya hingga paha yang sempat kulihat ketika mama terbaring di ICU. Semuanya terlihat normal....Subhanallah...

===
Akupun teringat janji Allah, bahwa sakit itu menggugurkan sebagian dosa....

Well friends, Insya Allah sakitnya mama yang begitu parah telah mengguggurkan sebagian dosa-dosanya....Insya Allah.










Mama telah 'berkumpul' kembali dengan Bapak di TPU Jeruk Purut.

Rabu, Maret 19, 2008

Kisah 1/4 Bolu Gulung (Hikmah di balik sakitnya Mama - 3)

Friends, sudah lama sebenarnya saya ingin posting tulisan...
Tapi kok hati ini bimbang terus ya??

Mama sudah lama terbaring di Rumah Sakit (sejak 22 Jan 2008), kondisinya pun naik turun...

Setiap saya membuka komputer, sepertinya semua yang ada di otak itu menguap...
Yah... saya tahu, pikiran saya tidak di "situ"...

Saat ini kondisi mama kritis dan harus terbaring di ICU sejak Senin 17 Maret 2008.

Kami bergiliran menginap dan menungguinya di Rumah Sakit. Iya kami, semua anak-anaknya yang berjumlah 4 orang melakukan rolling dengan adil...demi Mama..

Kata-kata "Adil" memang sangat erat dengan kami berempat, anak-anak Mama...
Adil dalam artian sama rata atau proporsional tanpa ada yang dizhalimi..

Kami sangat bersyukur karena sebagai orang tua, Bapak dan Mama telah mengajarkan sifat adil di antara kami...

Di keluarga kami, Bapak dan Mama tidak mengijinkan seorang kakak memerintah adiknya. Yang mereka ajarkan adalah SEMUA ANAK harus saling hormat menghormati dan bersikap ADIL serta proporsional. Tidak ada kata kakak lebih dari adik tetapi semua adalah Saudara.

Pengalaman berikut mungkin dapat menggambarkan pengajaran yang telah diberikan Bapak dan Mama:

Dulu kalau Mama pulang Arisan pasti beliau membawa kue-kue dari Arisan.

Kami anak-anaknya, langsung lari ke dapur mengambil pisau dan mulai mengukur-ngukur sudut potong mana yang paling adil, agar semua anak mendapat bagian...

Bayangkan, walaupun itu sepotong kue bolu gulung kecil, semua anak tetap harus mendapatkan 1/4 bagian... he..he.. (padahal kalau pake istilah sekarang... anak-anak pasti akan bilang "Itu mah ngotorin lidah doang....! ha..ha.ha..ha..). Kecil banget lho friends jadinya, tapi biarlah yang penting ngerasain....

Nah biar keadilan semakin ditegakkan, kita akan menunjuk seorang perwakilan untuk melakukan pemotongan kue itu. Yang ditunjuk sebagai perwakilan tersebut sebenarnya bukan beruntung tetapi malah 'apes'...

Mengapa ? karena yang motong tidak boleh milih duluan ! dia di akhir ritual pemotongan kue tersebut harus rela menerima sisa kue yang tidak terpilih... alias yang paling kecil!
==============

Tidak terasa, pengalaman di waktu kecil itu sangat berarti buat kita di saat dewasa ini...

Sekarang, kami dengan adil berusaha membagi waktu sebaik-baiknya untuk bergiliran menjaga mama... Kami sadar setiap anak pasti mempunyai kesibukan dan kepentingan, tetapi kami insya Allah dengan bekal pelajaran dari Mama dapat melakukan rolling tersebut dengan adil dan tanpa harus ada yang merasa terpaksa atau dipaksa...
==============












Terima kasih Mama, semoga Allah memberikan yang terbaik buat Mama, sebagaimana Mama telah memberikan kepada kami bekal yang terbaik... Amin..

Mama, dengan anak, mantu, cucu (Kakak tidak ikut)

Selasa, Maret 11, 2008

Pembantu oh Pembantu..

“Eshii.... kamu mau kemana?” demikian teriakku, melihat pembantuku lari ke gerbang sebelum aku selesai menyebutkan pesan yang akan disampaikan ke tamu di pintu gerbang.

“Mau bilang pesan Ibuke depan!” begitu jawabnya polos
“Lho aku kan belum bilang pesannya?”
“Oh iya bu...lupa...he..he..he...”

=====

Begitulah kira-kira percakapan konyol yang sering terjadi antara kita dengan para PRT.
Mereka memang berbeda dengan kita..Butuh kesabaran luar biasa menghadapi cara berpikir mereka. Apalagi kalau mendapatkan pembantu yang polos dan pelupa...duh ampun deh...

Tapi, daripada pusing mikirin kekurangan mereka, lebih baik kita jadikan mereka tempat untuk melatih kesabaran dan ikhlas...

Dan yang pasti, kejadian-kejadian tersebut adalah hiburan/humor untuk dikenang.

Berikut beberapa banyolan yang sempat kami himpun :

=====

“Mel, tolong aku beliin bakso Udin ya”, demikian ujar suamiku,
“Ingat ya, jangan pake mie” lanjutnya
“Iya pak!, Tidak pake mie ya pak?”
“Iya”
“Hm.. tidak pake mihun juga pak?”
“Iya, tidak usah pake mihun.. Baksonya aza!”
“Hm...Pake kuah nggak pak?...”
“Duh... **** ...***!”

=====

Kalau yang berikut pengalaman teman adik saya dengan pembantu barunya yang belum pernah bekerja.

“Aku mau pergi dulu ya, nanti pulang siapin makan siang?”
"Iya Mba"
"Kamu bisa masak nggak?"
“Ngga bisa Mba”
“Kalau gitu bikinin tahu goreng aza deh”
“Iya Mba”
“Bisa tidak bikinnya?”
“Tidak Mba”
“Gampang kok, tahu ama garam doang”
"Iya Mba”

Ahaa...! benar aza sepulang pergi, teman adik saya menemukan makan siang sudah tersaji di meja: tahu mentah dan garam di meja makan!

=====

Yang ini lebih konyol lagi :
Teman saya minta dimasakkan air panas untuk mandi jam 5 kurang di pagi hari.
Ternyata teman saya bangunnya sudah jam 5 lewat.
Dan sang pembantu dengan polosnya menolak memasak air mandi karena teman saya kan nyuruhnya jam 5 kurang, sekarang udah jam 5 lewat. Jadi perintahnya udah lewat...

CAPPE DEH!

=====

"Mel aku butuh kertas kado dan pitanya untuk bungkus kado ultah teman Fara. Kamu ke warung ya. Beliin kertas kado dan pitanya yang warnya cocok dengan kertas kadonya!"
"Iya Bu... warna apa?"
"Warna apa saja. Kalau kertasnya pink pitanya pink, kalau kertasnya kuning pitanya kuning.. Pokoknya cari pitanya yang warnanya pas deh"

Beberapa menit kemudian si Imel pulang dari warung:

"Bu uangnya pas, tidak ada kembaliannya"
"Haa... mahal amat..., mana sini saya lihat"
"Ya Allah Mel... banyak sekali kamu beli pita.. " jeritku melihat Imel memperlihatkan 3 GULUNG pita kado warna pink, kuning, dan hijau muda.
"Iya Bu... warnanya cocok kan sama kertas kadonya?" sambil memperlihatkan satu kertas kado berwarna-warni....

Ampuuuun deh... padahal tadi maksudku beli pita yang udah jadi satu biji aza!... kenapa jadi 3 gulung yang dibeli.... (emang salahku siih yang tidak kasih perintah dengan lengkap...)

======

"Bu ada tamu di depan 4 orang..." Begitu suara pembantuku di telepon.
"Mau cari siapa?"
"Katanya saudaranya Bapak, mau cari Ibu"
"Coba kamu tanya namanya!"
"Hah... nama saya Bu ???"

CAPPPEE DEEEH...

Minggu, Maret 02, 2008

Belajar Kecewa

Minggu adalah hari yang ditunggu-tunggu buah hati kami...
Inilah saatnya mereka bisa bercengkerama dengan kami... dan saat nya keluar dari rumah untuk berjalan-jalan bersama-sama...
Biasanya malam hari sebelum tidur si Kakak (Fara) akan bertanya,

“Ayah-bunda, besok kalau aku bangun begini, aku ke sekolah tidak?”

“Tidak sayang, besok hari Minggu, ayah, bunda dan kakak Libur!, Ayah-bunda tidak ke kantor, dan kakak juga tidak sekolah”.....jawab kami.

“Asyiiiik..” jeritnya, dan kakakpun tertidur pulas dengan senyum di bibirnya....menanti minggu yang kami janjikan.

Minggu pagi ini kami janji mengajak Kakak dan Dede main ke Time Zone.
Pagi sekali kakak sudah bangun, sudah mandi dan segera mengenakan baju pergi pink kesukaannya..
Kami-pun bergegas makan pagi bersama, sementara kakak dan dede sabar menunggu di ruang TV.


Namun tanpa terduga, hujan turun dengan derasnya....
Kamipun merasa gundah.. AC mobil sedang rusak! Repot sekali kalau kita harus pergi ketika sedang hujan.
Aduh.. sedih rasanya membayangkan kecewanya Kakak tidak jadi main ke Time Zone.

Sebagai orang tua kami menyadari inilah saatnya kakak belajar kecewa.
Kelak dia akan menghadapi situasi seperti ini berulang kali. Kehidupan ini seringkali berjalan tidak sesuai rencana, kakak harus belajar untuk tidak memaksakan kehendaknya.

Kemudian kamipun memanggil kakak ke ruang makan
“Kakaaaak sini deh...”
“Ada apa bunda?”
“Kakak liat tidak di luar itu apa?”
“Ooh..hujan bunda!”
“Kalau hujan begini, repot ya Kak ke Time Zone-nya?”

“Wah, repot bunda...”

“Hmmm... kalau gitu ke Time Zone-nya lain kali aza yah... kalau tidak hujan”
Agak lama kakak terdiam... dia sedang berpikir keras dan kami tau ada raut kekecewaan di wajahnya.

Selang beberapa menit kemudian, kakakpun berujar,
“Lain kali aza deh Ayah-Bunda...” Kakakpun berlari kecil ke ruang TV untuk bermain kembali bersama adiknya..

Well Friends, selama ini tanpa sadar kita sering memaksakan kehendak kita kepada anak-anak. Ketika situasi memaksa kita merubah rencana, kita sering berbicara kepada anak-anak seperti seorang diktator. Kita lupa bahwa mereka juga ‘dapat’ melihat dan berpikir seperti kita.

Alhamdulillah, satu pelajaran telah kami ajarkan kepada Kakak. Semoga kakak dapat menjadi anak yang sabar dan mengerti bahwa kecewa hanyalah salah satu rasa untuk melatih kesabaran.... insya Allah.

Kamis, Februari 21, 2008

Hikmah dibalik sakitnya Mama (2)

“Nanti kalau kalian tua, kalian juga akan seperti ini (pikun)”… demikian kata-kata dokter yang merawat mama yang membuat kami tersentak…

Yah..mama sudah 64 tahun, sudah memasuki masa lansia. Sedikit demi sedikit daya ingatnya berkurang, sebentar-sebentar dia berujar “saya lupa, saya sudah lupa”…

Kami anak-anaknya, harus maklum karena kami-pun akan tua, akan berkurang daya ingatnya… Ini sudah suratan Allah…

(QS An Nahl : 70) “Allah menciptakan kamu, kemudian mewafatkan kamu; dan di antara kamu ada yang dikembalikan kepada umur yang paling lemah (pikun), supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatu pun yang pernah diketahuinya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa”

Bahkan ilmu kedokteran-pun telah melakukan penelitian tersebut, seperti yang diuraikan oleh Dr Hadril Busudin ketika meresmikan klinik Gerontology (klinik untuk orang tua-tua) di DKK Kodya Padang pada tgl 22 Oktober 1994 bahwa

“Penyakit lupa adalah penyakit yang paling sering menghinggapi orang tua, karena otak yang menua. Otak yang tua, permukaan otaknya menjadi mengecil dan saluran serta rongga-rongga didalamnya menjadi luas dan lebar dan diikuti berkurangnya mielin atau selubung saraf. Aliran darah setempatpun menjadi berkurang karena pembuluh darah menjadi kaku dan keras, kurang elastis. Semua ini menimbulkan kemunduran intelektual yang kita kenal dengan "pikun" terutama menjelang usia 70 tahun”.

Lalu bagaimanakah kita menyikapinya ?

Ternyata otak ini harus terus dilatih untuk bekerja-bekerja-bekerja dan mengolah/mengambil hikmah dari setiap kejadian…. Bahkan sudah menjadi rahasia umum bahwa orang-orang yang rajin membaca atau menghafal Al Quran mempunyai daya ingat yang sangat baik….

Kita saat ini hidup di kenikmatan duniawi yang sebenarnya kelak justru merusak kehidupan duniawi kita… Otak kita semakin malas untuk berpikir karena kemudahan yang terus disajikan dikehidupan kita…
Coba sekarang teman-teman hitung 187 X 3 sama dengan berapa ?
Pasti teman-teman berharap ‘coba kalau ada kalkulator!’

Nah sekarang semuanya kembali kepada diri kita, akankah masa tua kita dipersulit dengan pikun atau masih mempunyai daya pikir yang dapat diandalkan?

Semuanya tergantung pada diri kita, maukah kita untuk terus membaca & mengkaji isi Al Qur’an, membaca koran/berita penting, berhitung manual dan lain-lain agar masa tua kita tidak dipersulit dengan penyakit pikun yang parah???

Ingatlah kembali ayat Al Qur’an di atas dan ucapan dokter yang membuat kami tersentak tersebut “Nanti kalau kalian tua, kalian juga akan seperti ini (pikun)!”…

Senin, Februari 18, 2008

Berkah di balik Sate + Gule Kambing

Cerita ini terjadi di bulan ramadhan beberapa tahun yang lalu.

Seorang rekan kantor yang sedang cuti bersalin akan melaksanakan aqiqah anak keduanya di bulan suci Ramadan. Dia berjanji akan mengirimkan makanan aqiqah (sate dan gule kambing) ke kantorku di Harmoni.

Namun ternyata hingga jelang sore, rekan kantor yang mengambil makanan tersebut ke rawamangun, belum juga kembali ke kantor... Padahal jam hampir menunjukkan pukul 4 sore... jamnya pulang kantor...

Kita yang biasa pulang naik transJakarta, harus segera bergegas pulang.. karena biasanya di bulan suci Ramadhan ini, bis bak kaleng sarden... Semua orang ingin buka puasa di rumah dan mengikuti sholat tarawih...

Hatiku pun mulai ragu, akankah menunggu hidangan lezat tersebut tapi harus antri dan berdesak-desakan di TransJakarta ataukah pulang sekarang dan mengabaikan berkat teman tersebut?

Namun kemudian akupun tersentak... Kalau semua karwayan pada pulang, siapakah yang akan menerima berkat tersebut? Bagaimanakah perasaan rekanku ketika tau berkatnya tidak ada yang mengambil, padahal ia telah bersusah payah menyiapkannya ?

Aku kemudian belajar ber-empati dalam hal ini, mencoba merasakan bagaimana rasanya apabila itu terjadi pada diriku?? Kecewakah hati ini ??

Ketika aku cetuskan perasaan itu kepada suami, diapun mempunyai empati yang sama.. "Bahwa sebaiknya kita menghargai pemberian teman tersebut... dan agar aku bersabar menunggu rekan yang membawa bingkisan tersebut"

Alhamdulillah jam 4.30 rekan yang membawa bingkisan itu datang.
Namun sebagian besar rekan-rekan sudah pada pulang..

Alhamdulillah akupun mendapatkan nasi berkat lebih (...eh maksudnya sate and gule kambing lebih...)

=============

Nah, kini saatnya daku berkejaran dengan penumpang lainnya untuk mendapatkan tempat di transJakarta yang sudah kebayang bakalan penuh sesak....

Tetapi taukah friends, Subhanallah…. Keajaiban terjadi… :
  • Aku tidak perlu antri beli tiket
  • Tidak perlu lari ke pintu halte yang berada di ujung
  • Tidak perlu menunggu bis karena bis 01 pas datang ketika aku menuju pintu halte
  • dan …aku langsung dapat tempat duduk!!!

Hal yang tidak pernah aku rasakan di bulan Ramadhan, dimana transjakarta biasanya penuh sesak bak kaleng sarden… Benar-benar kemudahan dari Allah....

=========

So friends, semoga dapat menjadi pelajaran bagi kita, bahwa berkorban sedikit untuk saudara, insya Allah tidak akan sia-sia, percayalah, bahwa Allah yang akan meringankan langkah kita selanjutnya… Insya Allah.

Rabu, Februari 13, 2008

Hikmah di balik sakitnya Mama



Mama yang sangat kami sayangi, yang telah membesarkan kami harus dirawat di rumah sakit karena komplikasi beberapa penyakit sejak Jan 22, 2008. Bahkan beliau harus dirawat di ImCu dan menjalani HD serta transfusi darah.

Kami anak-anaknya bergantian menjaga beliau. Sedih hati ini melihat perjuangannya menghadapi berbagai penyakit yang terus mengrogotinya...

Namun yang jauh membuat kami lebih terharu adalah :

Di kala sadar beliau masih sempat bertanya... "Anak-anak disini semua? Apa kalian tidak harus ke kantor?". Beliau merasa sangat merepotkan kami...

Benar-benar perkataan tulus seorang Ibu yang tidak pernah lelah memikirkan kami anak-anaknya. Bukankah kami telah dewasa?

Bukan lagi saatnya beliau memikirkan kami, tapi inilah saatnya kami membalas budi jasanya yang telah merawat dan membimbing kami hingga dapat dengan sabar merawat beliau...

Seandainya beliau tidak membimbing kami dengan baik, belum tentu kami dapat sabar menghadapi cobaan ini...

Saat ini mama telah memasuki masa kembali seperti anak kecil, begitulah yang telah difirmankan dalam Al Qur'an.. Dan merawat anak kecil itu sangat berbeda dengan merawat orang dewasa, mereka dapat berpikir dan mencerna segala tingkah laku dan perkataan kita.... Kita pun harus siap lahir dan batin..

Hal ini mengingatkanku pada kejadian beberapa waktu lalu... ketika rasa capek telah memuncak dan amarah akan keluar karena kelakukan anak-anak, suami mengingatkan.. "Bunda harus sabar, merekalah nanti yang akan merawat kita... Kalau kita tidak sabar memegang amanah ini, nanti mereka juga tidak akan sabar saat merawat kita di hari tua..."

Dan sayapun tersadar... kita kadang cepat naik amarah ketika menghadapi kenakalan/keisengan si kecil.. namun kita lupa.. bahwa nanti ketika kita tua, ketika kita kembali ke usia anak-anak (seperti mereka), mereka juga harus sabar menghadapi kita.....

Jumat, Februari 01, 2008

5 things I just.......

Mama lagi sakit kritis... eh dapat PR estafet nih dari Bunda Asa, Malaysia...

Yah dikerjain aza deh....


5 things in my bag :

  1. Dompet
  2. Kotak Make-up
  3. Tas kecil isi charger HP, kunci2, USB, cable USB
  4. Payung kecil
  5. Apa lagi yah??? kalau pulang kantor sih.. pasti bawa koran pribadi

5 things found in my wallet :

  1. Uang Rupiah
  2. Foto ama suami tersayaaaaaang
  3. Kartu debit + kredit
  4. BOn-Bon atau bekas struk ATM (hii..hiii malas ya)
  5. Kartu Rumah Sakit + ASuransi

5 things found in my room :

  1. Perabot kamar (pasti dooong)
  2. Lukisan Ayat Kursi
  3. TV
  4. Buku-buku-buku-buku and resep-resep
  5. Perlengkapan Sholat

5 things I’ve always wanted to do:

  1. Naik Haji
  2. Punya bisnis yang sesuai syariah (islami)
  3. Berbagi ilmu (ini udah kali ya lewat blog)
  4. Bisa ngerti bahasa Arab... biar kalau sholat jamaah and ngaji... ngerti artinya dan bisa khusyu...
  5. Punya rumah yang kecil tapi nyaman

5 things I’ve currently into :

  1. Merawat mama yang masih terbaring di rumah sakit sejak 22 Jan 2008 dan barusan aza hari ini keluar dari ruang IMCU
  2. Stress kerjaan numpuk
  3. Bersyukur tiba-tiba seluruh kerjaan ada yang ngerespon secara serentak
  4. Pindahan rumah mama yang baru selesai renovasi
  5. Jual perhiasaan buat beli notebook... he..he..he..

Udah ah gitu aza.... aku lanjutin ke Mba Sandra-Malaysia yah... http://sandraimawati.blogspot.com/

Sabtu, Januari 26, 2008

Saya belum diludahin....

Kisah ini tidak akan pernah hilang dari ingatan...

Beberapa tahun yang lalu, saya mempunyai seorang atasan yang sangat berwibawa, berkharisma, tegas tetapi mempunyai jiwa kekeluargaan...
Kharisma beliau begitu terasa, sehingga kami bertekuk lutut ketika berhadapan dengannya...
Kata-katanya tajam dan langsung kena sasaran... benar-benar seorang pemimpin yang berwibawa...

Rekanannya sangat sangat banyak, suaminya bekas menteri dan diapun seorang pemimpin yang sangat disegani...
Sangat beruntung orang yang dapat berbicara 'rileks' kepadanya... dan itupun hanya orang-orang pilihannya...

Kejadian ini terjadi sekitar tahun 2004-2005...
Kala itu kantor kami akan kedatangan rombongan tamu untuk menemui beliau. Sudah sewajarnya kami menyediakan santapan siang untuk sang tamu.

Boss kamipun menelepon, agar kami menyediakan makanan kegemarannya. Nasi hainam dari authentic Chinese Restaurant di kawasan Harmoni..

Astaghfirullah... saya yakin sekali kalau nasi hainam tersebut mengandung lemak babi, karena saya pernah mencobanya dan tersadar kalau makanan tersebut diberi lemak babi.
Tanpa buang waktu saya telepon rumah makan tersebut, dan mendapat kepastian bahwa nasi tersebut memang mempergunakan minyak babi untuk menjaga cita rasa.

Ahh... galau rasanya hati ini...
Saya yang bertanggung jawab melakukan pembayaran makanan tersebut menjadi bimbang tiada kepalang. Bagaiman tidak ? rombongan tamu kami ini adalah orang-orang muslim, bapaknya telah berhaji dan wanitanya berjilbab.

Saya coba minta tolong rekan-rekan senior untuk menyampaikannya ke boss kami. Tapi apa daya.. tidak ada satupun yang berani....'bunuh diri'... !
Bayangkan, bagaimana marahnya beliau kalau keinginannya tidak kami penuhi...

Pilihan terakhir, saya mohon bantuan ke orang kepercayaannya...orang yang cukup dekat dengan beliau... tetapi... aah ia-pun tak punya nyali untuk mengutarakannya....

Tanpa terasa jam terus berputar semakin sedikit waktu yang tersisa, semakin galau hati ini...

saya HARUS menyelamatkan rombongan tersebut...
saya HARUS berani menegakkan kebenaran/islam
saya HARUS menanggung resikonya, apapun yang terjadi...

Maka, sayapun memberitahukannya kepada beliau... (tidak perlu saya cerita kan ya cara memberitahunya...)

Benar saja beliau MARAH besar... kalau saya gambarkan... murka, kali ya??

====

Hari-hari selanjutnya, saya menjadi bawahan yang tidak disenanginya..
Dari seringnya diberi souvenir bagus-bagus kalau beliau ke luar kota atau ke luar negeri, menjadi 'tidak ada apa-apa'nya...
3 bulan lebih lamanya saya tidak ditegur, tidak disalami, tidak di sms....
Kecut hati ini...

Tapi nasehat suami, menaikkan semangat dalam menegakkan islam...
Beliau mengingatkan, bahwa perjuangan kita tidak seberapa dibandingkan dengan perjuangan Rasulullah... Kita belum di LUDAHIN.... seperti yang dialami Rasulullah...
Subhanallah, sejuk sekali mendengar nasehat tersebut...

Hari demi hari-pun ku jalani dengan enteng...

====

Tanpa terasa awal tahun 2006 telah tiba..
Tidak disangka sang Boss telah muncul di kantor pada tanggal 2 Jan 2006. Padahal biasanya beliau baru hadir beberapa hari kemudian...
Ada apa ya??
Beliau keliatannya sangat serius mengadakan rapat dengan direktur lainnya...

====

Rapat Direksi-pun telah selesai.. saya berlari kencang mengejar Boss... (karena saya belum mengucapkan Selamat Tahun Baru kepada Beliau...!.. Beliau orang yang sangat hafal dengan hal-hal sepele seperti ini, dan sangat hafal siapa saja yang menyepelekan hal-hal tersebut...)

Kusalami tangannya, dan kamipun saling cium pipi...
Kata-katanya kemudian adalah "Mohon Maaf Lahir Batin ya Yun...?"
Lho.. saya pun terbengong-bengong, Ibu tidak salah nih, bukankah mestinya "Selamat Tahun Baru?"
Aah... tapi saya tidak mau ambil pusing.. saya katakan saja "Selamat Tahun Baru Bu"

Kemudian beliaupun berjalan ke pintu keluar...
Tapi, segera berbalik arah lagi ke diriku yang masih terbengong-bengong...

Dia belai jilbab Pink Mudaku dengan lembuuuut sekali dan berkata "Kamu cantik deh Yun pake jilbab ini.."
Dan saya hanya dapat berkata "Ibu juga cantik pake baju itu"...

====

Pagi 3 Jan 2005, jam masih menunjukkan pukul 8 pagi, tapi kantor kami telah gempar.. Ibu ditemukan meninggal tertidur di kamarnya....

Inna lillah wa inna ilaihi roo'jiuun...

Tanpa terasa air mata ini menetes membasahi pipi...
Indah sekali perpisahan yang ia berikan...
Permohonan maafnya kemarin, pastilah dari lubuk yang terdalam.
Tidak dibuat-buat.. dan dengan hati ikhlaspun, kumaafkan rasa benci beliau kepadaku...

Selamat jalan Ibu.. maafkan kesalahan hamba...
Terima Kasih Ibu.. Ibu telah menjadi jalan bagi saya untuk lebih kuat dalam menegakkan islam... Amin

Kupersembahkan tulisan ini untuk Ibu yang sangat saya cintai, yang telah banyak memberi inspirasi dan membimbing saya dalam berkarya : In Memoriam Ibu Krisni Murti Marsillam Simanjuntak...

Senin, Januari 14, 2008

Buah dari Akhlakul Karimah....

Harimau mati meninggalkan belang
Gajah mati meninggalkan gading
Manusia mati meninggalkan nama


Puisi tersebut sangat sesuai dengan apa yang akan kami ceritakan di bawah ini :

Bapak kami meninggal mendadak di tahun 2005, tepat 6 hari setelah kelahiran anak kami yang kedua…Kepergiannya sangat mengagetkan kami…. Beliau dipanggil Yang Maha Kuasa di pagi hari ketika sedang makan pagi dan bersendau gurau dengan saudara kami….
Tidak ada kata-kata pesan kepada kami….

Tetapi friends ada satu nasehat yang selalu ia ingatkan kepada kami untuk terus mengamalkannya….yaitu :
KEJUJURAN.

Nasehat beliau yang tetap kami kenang adalah :

“Di dunia ini gampang mencari orang yang pintar, tetapi SULIT mencari orang jujur”

Memang benar, Bapak sangat menghormati dan menghargai orang yang jujur. Dan kami yakin ia termasuk sedikit orang jujur yang masih dapat kita ditemui di jaman seperti ini…..

Beberapa bulan yang lalu saudara kami tanpa sengaja berkawan dengan teman kantornya yang ternyata adalah anak dari salah satu teman Bapak kami…

Selidik punya selidik, sang anak kemudian bertanya kepada ayahnya, kenalkah beliau dengan Bapak kami….???

Jawabannya membuat kami merinding dan air mata ini mengalir mengenangnya….

Sang Ayah berkata, Bapak kami adalah seseorang yang sangat disiplin dalam bekerja, ia tidak pernah keluyuran malam ketika dinas. Ketika teman-temannya sibuk mencari makan malam, ia justru hanya duduk di tempat tidur hotel di depan Televisi menyelesaikan laporan hari itu, dan masih banyak lagi hal lainnya yang diceritakan oleh Ayahnya kepada teman saudara kami tersebut….

Terakhir Ayahnya berkata, “karena kebaikan dan kejujurannya itu, maka setiap sholat saya berusaha mendoakannya… tanpa lupa menyebutkan namanya, yaitu
Pariman Herriman bin Rusmin Martosentono…”.

Allahu Akbar….tidak pernah dalam hidup ini, seseorang menyebutkan nama Bapak kami selengkap itu….
Coba rekan-rekan renungkan, pernahkah rekan-rekan dalam hidup ini mengingat/menghafal nama ayah dari teman-teman kita??

Subhanallah, pastilah Ayah teman saudara kami tersebut benar-benar menghafal nama Bapak kami untuk agar dapat mendoakannya……

Akhir kata, benarlah apa yang dilantunkan orang dalam puisi di atas :

Harimau mati meninggalkan belang
Gajah mati meninggalkan gading
Manusia mati meninggalkan nama

Kamis, Januari 03, 2008

Jangan bagikan KUPON Qurban..

Pembagian daging Qurban di Tegal ricuh, begitu pula pembagian daging qurban ditempat-tempat lainnya, seperti di Mesjid Baitus Salam, Kel. Kauman Kec. Nganjuk, Masjid Raya Bandung, RSUP dr Sudono Madiun atau tempat-tempat lainnya..... Demikianlah berita yang kerap kita dengar seputar pembagian daging kurban di Indonesia....

Mengapa jadi begini? Mengapa rakyat kecil/miskin harus di'hina'kan atau meng'hina'kan dirinya untuk mendapatkan sedikit daging qurban? Bukankah mereka seharusnya menjadi tamu di hari Raya tersebut?

Friends, kali ini kami akan berbagi sedikit pengalaman dan hikmah dari ritual pemotongan dan pembagian daging Qurban yang kami lakukan saat Idul Adha kemarin....

Sudah tradisi di keluarga suami, pemotongan hewan qurban dilakukan sendiri di rumah bersama-sama keluarga besar...
Kedengarannya menyeramkan ya???
Yah... begitulah kira-kira pandangan saya ketika pertama kali mengalaminya...

Tapi taukah friends, ternyata banyak sekali pengalaman dan pelajaran yang dapat kita ambil dari tradisi tersebut...

Diawali dari pemilihan hewan qurban, kami dianjurkan untuk turun langsung melihat dan memeriksa kesehatan hewan yang akan kami potong. Mau tidak mau, ilmu mengenai hewan layak qurbanpun harus kami ketahui.


Kemudian untuk pemotongan hewan qurban, anak laki-laki harus belajar tahap-demi tahap prosesi pemotongan hewan qurban.... Mulai dari penyebutan nama pekurban, doa yang menyertainya serta tata cara pemotongan yang terbaik menurut agama....

Lalu bagaimana dengan pembagiannya?
Ternyata Alm. Abah sangat tidak setuju dengan konsep pembagian kupon....
Menurut beliau, dengan pembagian kupon tersebut, para mustahik (orang yang berhak menerima) diposisikan di'bawah' kita. Mereka juga harus menunggu dan antre yang kadang-kadang bisa menghabiskan waktu berjam-jam... Belum lagi kalau kericuhan terjadi di antara para mustahik yang saling berebut....

Alm. Abah menyuruh anak-anak untuk membagikannya langsung ke rumah-rumah para mustahik!
Memang melelahkan...... tapi ternyata makna dari kegiatan tersebut sangat dalam...

Kantung daging Qurban yang telah diberi label dan siap diantarkan.

Ini berarti kita anak-anaknya diajarkan untuk mengenal kerabat dan tetangga/warga kita yang miskin...

QS Al Hujurat : 13 "Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal."

Sadarkah kita, di dunia yang serba modern dan cepat ini, kita semakin jarang berinteraksi dengan warga sekitar?....

Dengan mendatangi langsung para mustahik, kita menempatkan diri mereka sejajar dengan kita!... bahkan berarti kita menghormati mereka... Benar-benar tradisi yang islami....



Saudara-saudara sedang memotong-motong dan menimbang daging qurban untuk dibagikan.


Nah sekarang coba kita renungkan, seandainya... mesjid-mesjid, RT/RW ataupun instansi yang melakukan qurban mendata warganya yang miskin atau berhak ... kemudian mengantarkannya langsung ke rumah mereka... insya Allah kericuhan di atas dapat dihindarkan........

Ini juga berarti silahturrahiim antar warga baik miskin dan kaya semakin terbina dengan baik.... Insya Allah...