Rabu, Maret 19, 2008

Kisah 1/4 Bolu Gulung (Hikmah di balik sakitnya Mama - 3)

Friends, sudah lama sebenarnya saya ingin posting tulisan...
Tapi kok hati ini bimbang terus ya??

Mama sudah lama terbaring di Rumah Sakit (sejak 22 Jan 2008), kondisinya pun naik turun...

Setiap saya membuka komputer, sepertinya semua yang ada di otak itu menguap...
Yah... saya tahu, pikiran saya tidak di "situ"...

Saat ini kondisi mama kritis dan harus terbaring di ICU sejak Senin 17 Maret 2008.

Kami bergiliran menginap dan menungguinya di Rumah Sakit. Iya kami, semua anak-anaknya yang berjumlah 4 orang melakukan rolling dengan adil...demi Mama..

Kata-kata "Adil" memang sangat erat dengan kami berempat, anak-anak Mama...
Adil dalam artian sama rata atau proporsional tanpa ada yang dizhalimi..

Kami sangat bersyukur karena sebagai orang tua, Bapak dan Mama telah mengajarkan sifat adil di antara kami...

Di keluarga kami, Bapak dan Mama tidak mengijinkan seorang kakak memerintah adiknya. Yang mereka ajarkan adalah SEMUA ANAK harus saling hormat menghormati dan bersikap ADIL serta proporsional. Tidak ada kata kakak lebih dari adik tetapi semua adalah Saudara.

Pengalaman berikut mungkin dapat menggambarkan pengajaran yang telah diberikan Bapak dan Mama:

Dulu kalau Mama pulang Arisan pasti beliau membawa kue-kue dari Arisan.

Kami anak-anaknya, langsung lari ke dapur mengambil pisau dan mulai mengukur-ngukur sudut potong mana yang paling adil, agar semua anak mendapat bagian...

Bayangkan, walaupun itu sepotong kue bolu gulung kecil, semua anak tetap harus mendapatkan 1/4 bagian... he..he.. (padahal kalau pake istilah sekarang... anak-anak pasti akan bilang "Itu mah ngotorin lidah doang....! ha..ha.ha..ha..). Kecil banget lho friends jadinya, tapi biarlah yang penting ngerasain....

Nah biar keadilan semakin ditegakkan, kita akan menunjuk seorang perwakilan untuk melakukan pemotongan kue itu. Yang ditunjuk sebagai perwakilan tersebut sebenarnya bukan beruntung tetapi malah 'apes'...

Mengapa ? karena yang motong tidak boleh milih duluan ! dia di akhir ritual pemotongan kue tersebut harus rela menerima sisa kue yang tidak terpilih... alias yang paling kecil!
==============

Tidak terasa, pengalaman di waktu kecil itu sangat berarti buat kita di saat dewasa ini...

Sekarang, kami dengan adil berusaha membagi waktu sebaik-baiknya untuk bergiliran menjaga mama... Kami sadar setiap anak pasti mempunyai kesibukan dan kepentingan, tetapi kami insya Allah dengan bekal pelajaran dari Mama dapat melakukan rolling tersebut dengan adil dan tanpa harus ada yang merasa terpaksa atau dipaksa...
==============












Terima kasih Mama, semoga Allah memberikan yang terbaik buat Mama, sebagaimana Mama telah memberikan kepada kami bekal yang terbaik... Amin..

Mama, dengan anak, mantu, cucu (Kakak tidak ikut)

Selasa, Maret 11, 2008

Pembantu oh Pembantu..

“Eshii.... kamu mau kemana?” demikian teriakku, melihat pembantuku lari ke gerbang sebelum aku selesai menyebutkan pesan yang akan disampaikan ke tamu di pintu gerbang.

“Mau bilang pesan Ibuke depan!” begitu jawabnya polos
“Lho aku kan belum bilang pesannya?”
“Oh iya bu...lupa...he..he..he...”

=====

Begitulah kira-kira percakapan konyol yang sering terjadi antara kita dengan para PRT.
Mereka memang berbeda dengan kita..Butuh kesabaran luar biasa menghadapi cara berpikir mereka. Apalagi kalau mendapatkan pembantu yang polos dan pelupa...duh ampun deh...

Tapi, daripada pusing mikirin kekurangan mereka, lebih baik kita jadikan mereka tempat untuk melatih kesabaran dan ikhlas...

Dan yang pasti, kejadian-kejadian tersebut adalah hiburan/humor untuk dikenang.

Berikut beberapa banyolan yang sempat kami himpun :

=====

“Mel, tolong aku beliin bakso Udin ya”, demikian ujar suamiku,
“Ingat ya, jangan pake mie” lanjutnya
“Iya pak!, Tidak pake mie ya pak?”
“Iya”
“Hm.. tidak pake mihun juga pak?”
“Iya, tidak usah pake mihun.. Baksonya aza!”
“Hm...Pake kuah nggak pak?...”
“Duh... **** ...***!”

=====

Kalau yang berikut pengalaman teman adik saya dengan pembantu barunya yang belum pernah bekerja.

“Aku mau pergi dulu ya, nanti pulang siapin makan siang?”
"Iya Mba"
"Kamu bisa masak nggak?"
“Ngga bisa Mba”
“Kalau gitu bikinin tahu goreng aza deh”
“Iya Mba”
“Bisa tidak bikinnya?”
“Tidak Mba”
“Gampang kok, tahu ama garam doang”
"Iya Mba”

Ahaa...! benar aza sepulang pergi, teman adik saya menemukan makan siang sudah tersaji di meja: tahu mentah dan garam di meja makan!

=====

Yang ini lebih konyol lagi :
Teman saya minta dimasakkan air panas untuk mandi jam 5 kurang di pagi hari.
Ternyata teman saya bangunnya sudah jam 5 lewat.
Dan sang pembantu dengan polosnya menolak memasak air mandi karena teman saya kan nyuruhnya jam 5 kurang, sekarang udah jam 5 lewat. Jadi perintahnya udah lewat...

CAPPE DEH!

=====

"Mel aku butuh kertas kado dan pitanya untuk bungkus kado ultah teman Fara. Kamu ke warung ya. Beliin kertas kado dan pitanya yang warnya cocok dengan kertas kadonya!"
"Iya Bu... warna apa?"
"Warna apa saja. Kalau kertasnya pink pitanya pink, kalau kertasnya kuning pitanya kuning.. Pokoknya cari pitanya yang warnanya pas deh"

Beberapa menit kemudian si Imel pulang dari warung:

"Bu uangnya pas, tidak ada kembaliannya"
"Haa... mahal amat..., mana sini saya lihat"
"Ya Allah Mel... banyak sekali kamu beli pita.. " jeritku melihat Imel memperlihatkan 3 GULUNG pita kado warna pink, kuning, dan hijau muda.
"Iya Bu... warnanya cocok kan sama kertas kadonya?" sambil memperlihatkan satu kertas kado berwarna-warni....

Ampuuuun deh... padahal tadi maksudku beli pita yang udah jadi satu biji aza!... kenapa jadi 3 gulung yang dibeli.... (emang salahku siih yang tidak kasih perintah dengan lengkap...)

======

"Bu ada tamu di depan 4 orang..." Begitu suara pembantuku di telepon.
"Mau cari siapa?"
"Katanya saudaranya Bapak, mau cari Ibu"
"Coba kamu tanya namanya!"
"Hah... nama saya Bu ???"

CAPPPEE DEEEH...

Minggu, Maret 02, 2008

Belajar Kecewa

Minggu adalah hari yang ditunggu-tunggu buah hati kami...
Inilah saatnya mereka bisa bercengkerama dengan kami... dan saat nya keluar dari rumah untuk berjalan-jalan bersama-sama...
Biasanya malam hari sebelum tidur si Kakak (Fara) akan bertanya,

“Ayah-bunda, besok kalau aku bangun begini, aku ke sekolah tidak?”

“Tidak sayang, besok hari Minggu, ayah, bunda dan kakak Libur!, Ayah-bunda tidak ke kantor, dan kakak juga tidak sekolah”.....jawab kami.

“Asyiiiik..” jeritnya, dan kakakpun tertidur pulas dengan senyum di bibirnya....menanti minggu yang kami janjikan.

Minggu pagi ini kami janji mengajak Kakak dan Dede main ke Time Zone.
Pagi sekali kakak sudah bangun, sudah mandi dan segera mengenakan baju pergi pink kesukaannya..
Kami-pun bergegas makan pagi bersama, sementara kakak dan dede sabar menunggu di ruang TV.


Namun tanpa terduga, hujan turun dengan derasnya....
Kamipun merasa gundah.. AC mobil sedang rusak! Repot sekali kalau kita harus pergi ketika sedang hujan.
Aduh.. sedih rasanya membayangkan kecewanya Kakak tidak jadi main ke Time Zone.

Sebagai orang tua kami menyadari inilah saatnya kakak belajar kecewa.
Kelak dia akan menghadapi situasi seperti ini berulang kali. Kehidupan ini seringkali berjalan tidak sesuai rencana, kakak harus belajar untuk tidak memaksakan kehendaknya.

Kemudian kamipun memanggil kakak ke ruang makan
“Kakaaaak sini deh...”
“Ada apa bunda?”
“Kakak liat tidak di luar itu apa?”
“Ooh..hujan bunda!”
“Kalau hujan begini, repot ya Kak ke Time Zone-nya?”

“Wah, repot bunda...”

“Hmmm... kalau gitu ke Time Zone-nya lain kali aza yah... kalau tidak hujan”
Agak lama kakak terdiam... dia sedang berpikir keras dan kami tau ada raut kekecewaan di wajahnya.

Selang beberapa menit kemudian, kakakpun berujar,
“Lain kali aza deh Ayah-Bunda...” Kakakpun berlari kecil ke ruang TV untuk bermain kembali bersama adiknya..

Well Friends, selama ini tanpa sadar kita sering memaksakan kehendak kita kepada anak-anak. Ketika situasi memaksa kita merubah rencana, kita sering berbicara kepada anak-anak seperti seorang diktator. Kita lupa bahwa mereka juga ‘dapat’ melihat dan berpikir seperti kita.

Alhamdulillah, satu pelajaran telah kami ajarkan kepada Kakak. Semoga kakak dapat menjadi anak yang sabar dan mengerti bahwa kecewa hanyalah salah satu rasa untuk melatih kesabaran.... insya Allah.