Kamis, Agustus 07, 2008

Kecil tapi Besar

Pagi sekali sebelum sampai ke kantor kami mampir ke Rumah Makan Betawi terkenal di Gondangdia untuk membeli sarapan pagi bekal ke kantor. Makanannya enak deh...ada nasi uduk dan lontong sayur yang betawi abis...

Sesampainya di sana,aku pesan 1 bungkus ketupat sayur untuk bekalku.

Selang beberapa menit kemudian, suamipun tergoda untuk membeli...1 bungkus lagi untuk dirinya. Eh, tidak beberapa lama kemudian, suami tergoda lagi untuk membeli 1 bungkus lagi untuk teman akrabnya...

Namun sebelum bungkusan ke tiga dibuat, tiba-tiba aku mencium bau asem (maaf seperti bau sampah) yang agak menyengat...

"Yah cium bau nggak?" tanyaku

Suamipun menjawab "Ah dari situ kali", sambil menoleh dan menunjuk ke sisi kanannya...

Tapi perasaanku tidak enak, sepertinya tidak ada sampah di situ...Aku semakin penasaran darimana asal bau tidak sedap tersebut? Hm...., jangan-jangan dari santan ketupat sayur tersebut...gelitik pikiranku...

Kuberanikan diri meminta ijin kepada penjualnya untuk mencobanya dahulu..

Kubilang padanya, "Mas coba dulu yah... takut basi nih, ini kan masih panas, nanti kalau ditutup sampai di kantor takutnya basi"..

Dengan sendok yang tersedia, kucoba sedikit sayur tersebut...

Astaghfirullah.. segera kulepeh kuah tupat sayur tersebut ke tempat cucian piring dan berkata kepada Mas penjual.. "Mas, maaf, tolong coba deh, kayaknya asem"

Si mas-pun mencobanya sedikit dan sedikit terhentak, tapi ia hanya berkata, "Oh maaf Bu, mungkin karena hari ini kami pake udang, biasanya kami tidak pakai Bu."

Dengan menyesal kami batalkan saja 2 bungkus ketupat sayur tersebut dan kuputuskan menggantinya saja dengan sebungkus nasi uduk lengkap dengan semur telur, tahu dan oreg tempe serta bihun gorengnya.. Ahh.. nggak papa deh tidak makan ketupat sayur, nasi uduknya kan maknyus punya lho, begitu pikirku...

Setelah selesai membayarnya, kami bergegas ke motor dan menaruh bungkus plastik hitam nasi uduk tersebut di stang motor..

Namun, setibanya di kantor, kami kaget setengah mati.... ternyata kantong tersebut kosong!.. yang tersisa hanya lobang besar di dasar kantong plastik hitam...

Aduh... sekali lagi ini bukan rezeki kami!.. Astaghfirullah al'adzim.. apa dosa kami sehingga kehilangan dua kali kesempatan makan enak?

Suamipun hanya berkata enteng "kurang sedekah kali kita".

===

Malam harinya suami bercerita...

"Bunda...mungkin ini dosa kita tidak jadi memberi makanan ke Enya (Ibu Suami)..."

===

Memang...sekarang Enya tidak segesit dulu lagi...penyakit radang tulang dengkulnya sudah parah... untuk berjalanpun beliau harus menahan sakit...

Selain itu anak-anak telah menikah dan satu-persatu meninggalkan rumah Enya...

Enya sekarang tinggal sendiri tanpa pembantu. Namun alhamdulillah masih didampingi satu keluarga anaknya yang tinggal di rumah pavilliun di sebelah...

===

Friends, hari itu sebelum kejadian di atas, kami memang berniat memberi Enya makan/bekal untuk makan pagi/siangnya.
Namun timbul sedikit perbedaan pendapat di antara kami...
Suami agak keberatan memberikannya karena makanan yang akan kami berikan hanya cukup untuk Enya, Suami kuatir hal ini dapat menyinggung perasaan adik yang tinggal di sebelah yang saat ini merawat dan menjaga Enya...

Akhirnya, setelah dipertimbangkan, kami urungkan niat berbagi makanan tersebut untuk Enya.......

===

Malam itu... kami hanya dapat mencoba me-reka-reka penyebab 'kesialan' yang kami hadapi di pagi hari tadi...Suami berkata mungkin ini akibat kesalahannya yang tidak mengijinkan istrinya berbagi sedikit makanan ke Enya...

Makanan tersebut memang "kecil" (sedikit) tapi mungkin nilainya sangat "besar" buat Enya, Wallahu'alam