Jumat, Maret 12, 2010

Pengemis vs Pedagang Asongan

Friends, kali ini kami akan melanjutkan topik mengenai pengemis... (cerita sebelumnya : mereka-terpaksa-mengemis dan saya-penjaja-kue-semprong-bukan-pengmis)

Ternyata, tauladan untuk berbagi terhadap pengemis tidak semudah membalikkan telapak tangan.

Ketika kami mengajarkan mengenai hal ini, kami mendapatkan sesuatu hal yang jauh di luar perkiraan kami.... Bagi mereka, berbagi dengan pengemis 'ternyata' adalah ritual yang menyenangkan dalam perjalanan....
Setiap ada pengemis mendekat mereka akan berteriak.."aku yang kasih...! aku yang kasih!"
Wah.... kok jadi kacau begini ya.... :(
Ternyata apa yang kami ajarkan belum mereka tangkap dengan sempurna....
dan kami sadar mungkin bahasa yang kami pergunakan tidak sesuai dengan usia mereka...

Taktik pun kami rubah....
Setiap ada pengemis datang, kami ajak mereka 'melihat' kira-kira apa ya yang menyebabkan mereka seperti itu?
Sulit memang.....
Kami benar-benar takut salah 'menilai'.... takut
suudzdzan
Belum tentu badan sehat muda segar tidak layak menjadi pengemis....
Bagaimana kalau mereka tidak mempunyai keahlian, keberanian, pendampingan dan akal sempurna?... Siapa yang tau, kalau seandainya dari mereka ada yang idiot?....
Ingat cerita mengenai janda dengan anak idiot yang rapih bersih?

Namun kami yakin dengan beriringnya waktu, insya Allah, anak-anak dapat memahami pengemis-pengemis itu.....
Biarlah saat ini mereka 'menangkap' sesuai kemampuan yang mereka miliki.

Lalu pelajaran mengenai pengemis itu berlanjut ke pelajaran pengemis vs asongan.....:

Setiap anak2 akan memberi uang kepada para pengemis, kami pasti akan melarangnya apabila ada pedangan asongan sekitar situ.....
Awalnya anak2 sempat marah dan kecewa..... atau 'bingung'...Namun akhirnya mereka mengerti bahwa tindakan memberi sedekah kepada pengemis dapat melukai hati atau bahkan menghancurkan semangat para pedangan asongan yang mulia itu.....

Kita ajak anak2 membayangkan susahnya mereka mencari uang yang jumlahnya tidak seberapa itu ....
Mereka bayangkan bagaimana rasanya berjemur dibawah terik matahari seharian di pinggir jalan, haus, lapar, kehujanan demi menawarkan barang dagangannya kepada para pengendara kendaraan....

Lalu kami ajak anak-anak membayangkan lagi.....
Bagaimana rasanya apabila seharian tidak ada yang membeli dagangan mereka, sementara mereka melihat para pengemis tanpa usaha apa-apa mendapatkan uang lebih banyak?
Padahal para pedangan asongan itu lebih mulia, mereka malu meminta-minta, mereka masih punya semangat untuk berusaha dan tidak mau menyusahkan orang lain..... tidak mau bergantung pada orang lain..
Kasihan kalau sampai akhirnya mereka putus asa dan akhirnya memutuskan untuk menjadi pengemis juga......
Oleh karena itu, lebih baik kakak dan dede membeli barang dagangan mereka daripada terang2an memberi uang kepada pengemis di hadapan mereka. Karena sebenarnya merekapun butuh tapi mereka tidak mau menunjukkannya.

Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian. (QS. Adz-Dzariyah: 19)

Alhamdulillah, akhirnya kami dapat menyampaikan satu lagi sunnah Rasulullah SAW kepada anak-anak yaitu :

Hadis riwayat Abdullah bin Umar ra.:
Bahwa Rasulullah saw. ketika berada di atas mimbar, Beliau menuturkan tentang sedekah dan menjaga diri dari meminta. Beliau bersabda: Tangan yang di atas lebih baik dari tangan yang di bawah. Tangan yang di atas adalah yang memberi dan yang di bawah adalah yang meminta

Tidak ada komentar: