Warung ini terletak di ujung jalan kenanga, ampera.
Jelas banget ya betawinya. nasi uduk AME gado2 betawi....
Banyak sahabat yang mem'pasrahkan'nya kepada keputusan pemerintah, ada sebagian yang mengikuti ormas islam yang dipercayainya...
Tapi sadarkah kita bahwa ibadah kita semata-mata berdasarkan Al Qur'an dan Al Hadist?
Inilah yang menjadi landasan kami dalam memutuskan merayakan Idul Adha pada tanggal 19 Desember 2007, bukan tanggal 20 berdasarkan keputusan Pemerintah...
Ketika kami memutuskan untuk sholat tanggal 19, ada sahabat bahkan yang bertanya, "aliran mana tuh?"... atau ada yang lebih lucu lagi "Wah... nggak lucu dong, abis sholat langsung ngantor...? Nggak libur"
Kloter 2 sholat Ied bersiap-siap masuk gedung Dewan Dakwah Islam - Jakarta
Friends, untuk itu kami mencoba berbagi sedikit ilmu yang kami dapat agar ibadah kita insya Allah dirahmati Allah SWT...
Ulasan dibawah ini merupakan forward-forwardan dari berbagai sumber, sehingga maaf saya tidak dapat menuliskan sumbernya.
Kapan Shalat Iedul Adha?
Muhammad Syamlan, Lc.Pimpinan Lembaga Da'wah dan Ilmu Pengetahuan Islam Ma'had RabbaniBengkulu Sekum MUI Prop. Bengkulu, "setelah perbedaan penentuan Idul Fitri dua bulan lalu, kini kita kembali "dibingungkan" dengan penentuan Idul Adlha.
Ada fihak yang menentukan hari Rabu, bertepatan dengan tanggal 19 Desember dan ada fihak yang menetapkan baru besoknya, yaitu hari Kamis 20 Desember.
Barangkali ada yang sampai tak habis pikir, bagaimana ini bisa terjadi?
'Idul Fithri berbeda, Idul Adlha juga berbeda! Dalam soal penentuan Idul Fithri, barangkali masih punya dalil yang bisa diterima untuk berbeda karena perhitungan-perhitungan matla' antar wilayah yang bisa berbeda di samping pedoman hisab dan rukyah yang sulit dipertemukan, meskipun jelas menurut jumhurul ulama (selain madzab Syafi'i) ummat Islam sedunia hendaknya marayakan Idul Fithri pada hari yang sama. (Lihat Alfiqhul Islami waadillatuh, Wahbah Zuhaili).
Tapi dalam persoalan penentuan 'Idul Adlha ini ada pedoman yang seharusnya menjadikannya sangat jelas yaitu rangkaian ibadah haji yang diikuti oleh seluruh jama'ah dari berbagai penjuru dunia tanpa ada perselisihan di antara mereka, khususnya dalam menetapkan kapan Wuquf di Arafah dan hari penyembilihan kurban (yaumun nahr).
"Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengedarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh." (Al-Haj:27).
Perlu dimaklumi bersama bahwa pelaksanaan Shalat 'Idul Adha adalah dilakukan pada hari "Nahr" yaitu pada saat jama'ah haji melakukan penyembelihan hewan qurban di Mina pada tanggal 10 Dzulhijjah, sepulang dari 'Arafah.
Hal ini sesuai dengan hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dari 'Aisyah ra. bahwa Rasulullah saw pernah bersabda:
"Hari ('Idul) Fithr kamu adalah pada hari kamu berbuka (selesai Ramadhan), dan hari ('idul) Adlha kamu adalah saat kamu menyembelih hewan qurban, dan hari (wukuf di) 'Arafah kamu pada hari yang kamu ketahui."
Penjelasan Nabi ini bersifat umum; mengenai semua orang yang hidup di zaman beliau maupun setelahnya, juga semua ummat Islam yang berada di tempat manasik haji maupun di daerah lain.
Sedang puasa 'arafah yaitu sehari sebelum hari raya, sudah barang tentu bertepatan dengan jam'ah haji sedang wukuf di Arafah. Oleh karena itu, puasa arafah ini hanya sunnah bagi yang tidak sedang haji, adapun bagi yang sedang haji, pada hari 'arafah mereka wukuf di 'arafah, mereka justru tak boleh berpuasa.
Imam Abu Dawud dan Ibnu Majah meriwayat dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah melarang berpuasa pada hari 'Arafah di 'Arafah.
Puasa 'arafah disunnahkan bagi yang tidak sedang menunaikan ibadah haji, hikmahnya sangat jelas, yaitu agar kita seakan turut serta merasakan suasana wukuf di 'arafah itu.
Dengan demikian, di zaman yang sangat canggih seperti ini, di mana jadwal dan kegiatan jama'ah haji di Makkah sana bisa kita ikuti beritanya setiap saat bahkan setiap detik, maka adalah suatu kenaifan bila kita dalam menentukan puasa arafah dan juga Idul Adlha punya jadwal sendiri, seakan tak ada kaitan dan tak mau tahu dengan pelaksanaan ibadah haji oleh kaum muslimin yang sedang berlangsung.
Dengan memperhatikan jadwal pelaksanaan ibadah haji tahun ini, yang dengan jelas telah diumumkan bahwa wuquf di arafah adalah jatuh pada hari Selasa bertepatan dengan tanggal 18 Desember dan hari raya 'Idul Adlha adalah jatuh pada hari Rabu bertepatan dengan tanggal 19 Desember, maka bila kita berhari haya pada hari Kamis, 20 Desember, berarti kita telah lewat sehari.
Dan lebih tidak sinkron lagi, ketika kemarennya (hari Rabu) kita berpuasa 'Arafah mereka sudah selesai wukuf di 'Arafah dan melakukan penyembelihan hewan kurban di Mina.
Maka yang tepat dengan tata-turutan pelaksanaan ibadah haji yang sekarang sedang berlangsung adalah, kita berpuasa arafah pada hari Selasa ketika mereka (haji) benar-benar sedang wukuf di 'Arafah, dan melakukan shalat Idul Adlha dan memotong hewan korban besoknya karena pada hari itulah yang disebut sebagai hari nahr yang artinya penyembelihan.
Dan pemotongan hewan korban dapat dilanjutkan pada tiga hari setelah itu, yang dikenal dengan hari-hari tasyriq.
Pada Hari raya dan 3 hari tasyriq itu kita tidak boleh berpuasa.
Dari Abi Hurairah, bahwa Rasulullah SAW mengutus Abdullah bin Hudzaifah berkeliling Mina (agar mengumumkan),
"Janganlah kalian puasa pada hari-hari ini (yaumun nahr dan 3 hari tasyriq berikutnya), karena ini adalah hari-hari makan dan minum dan dzikir kepada Allah." (HR. Ahmad dan Ibnu Majah).
Dengan penjelasan ini, penulis berharap, kita tak bisa lagi "dibingungkan" dengan adanya dua pengumuman; kapan seharusnya kita shalat Idul Adlha, termasuk puasa 'arafah, ikut yang pertama atau ikut yang kedua?
Kini persoalan sudah sangat jelas, karena pelaksanaan ibadah haji yang dilakukan oleh saudara-saudara kita bisa kita saksikan langsung.
Sekarang problematika memang sangat komplek, itu semua menguji kita agar kita tetap berani memilih pilihan yang jelas-jelas tepat, meskipun kadang tampak melawan arus.
Nah, masihkah ada yang bingung untuk memilih kapan idul Adlha?
Wallahu a'lam.
Catatan: artikel di edit berdasarkan tanggal aktual saat ini (Azhari)
Sesampainya di rumah, kami mengukur suhu tubuhnya... Alhamdulillah hanya panas sedikit (37 derajat C).
Esoknya kami daftarkan ke DSA-nya... Dan Pak Dokter bilang "Bu... coba lihat deh, ada sariawan di ujung bibirnya.." Ooh pantesan saja Fara akhir-akhir ini malas sekali kalau disuruh makan... Setiap makanan kesukaannya dikeluarkan, tetap saja tidak mau dimakan, paling hanya dipegang-pegang dan cuman dicoel sedikit.....Nah begitupun ketika kami memutuskan mengasihnya obat sariawan berbentuk gel...
Fara ngamuk! dia nggak mau minum obat atau apapun karena lidahnya sakit sekali...
Lalu kami teringat kalau air zam zam bisa sebagai salah satu obat dengan seijin Allah...
Dan kamipun memberikannya ke Fara, tapi apa daya.. itu mulut tetap dibungkam kencang... dan sepertinya sudah dikunci sama 7 buah gembok!!...
Akhirnya dengan sedikit paksaan, masuk juga itu air zam-zam ke mulut kecilnya dengan sesegukan dan tangisannya.....(Maafkan kami ya Allah...)
Ah...Kutinggalkan sementara dulu Fara untuk mandi sore, karena sebentar lagi adzan maghrib akan berkumandang....
Tiba-tiba, Subhanallah, Alhamdullillah, Allahuakbar... Sekeluarnya bunda dari kamar mandi, Fara dengan wajah cerianya minta lagi air zam-zam.... (Wah kemana itu tampang yang ditekuk merengut karena sakit???)
Benar-benar menakjubkan... hanya puji dan syukur yang dapat kami panjatkan ke hadirat Allah... Air zam-zam sebagai obat sakit dan pembuka rasa syukur akan karunia Allah.....
Dulu waktu Fara belajar bobok tidak pake diapers.... kami pusingnya 7 keliling.... hampir setiap hari nyuci seprei king size!!!... hitung-hitung, uang diapers kok sama ya ama uang dry clean seprei...??? Kapan nghematnya??
Nah untuk De Fira kami punya taktik jitu mengurangi biaya dry clean sprei....
Kami beli alas tidur dari karet asli (bukan terpal lhoo...) yang adem (kayak yang dipakai di RS Hermina Jtngr)... Kami beli di Gunung Sahari, nggak mahal kok..... Kemudian kami taruh kain bedong besar, atau jarit, atau sarung yang ditaruh di atas terpal tersebut...
Biar kainnya tidak kabur-kabur kami clip, pake clipper hitam yang ada penjepitnya..(yang biasanya dipake di kantor...) ... Kemudian tidurin deh De Fira di situ..... Alhasil, kalau kena pipis-pun, yang dicuci cuman kain kecil tersebut... sepreinya akan tetap kering...
Tapi hati-hati ya... kalau bisa kainnya menutup sampai ke bantal (atau tidak kena badan)... Hal ini untuk menghindari biang keringat.. atau badan langsung kena ke karet.... Lebih baik lagi kalau punya pillow-top yang washable...
Oh ya... back to belajar tidak pake diapers :
Pertama, usahakan anak untuk pipis sebelum tidur..
Kedua, anak sudah bisa menahan pipisnya ketika tidak bobok, artinya udah ngerti pipis di WC di siang hari.
Ketiga, kalau anak ngompol, kami usahakan tidak memarahinya... tapi memberi support ke De Fira kalau Dede lagi belajar, dan pasti bisa tidak ngompol.. (anak-anak malah mudah ngompol lho kalau stress kita marahin....). Coba deh untuk membuat mereka agar tidak tertekan tapi justru semangat untuk berhasil.... Emang sebel sih, kalau malam-malam lagi bobok enak-enak, tiba-tiba harus bersihin ompolan.... tapi ya emang udah itu tugas kita sebagai orang tua, justru disinilah kita diuji kesabarannya dalam menahan emosi dan membimbing anak menjadi orang yang selalu berusaha untuk berhasil......